Suami



Kamu memang bukan seorang pemimpin negara,
yang menanggung hidup sekian juta jiwa..
Bukan pula seorang pangeran muda,
yang berujar nekat demi cinta..
Namun hanya berujung dengan kebodohan, menenggak racun tanpa sisa lalu meregang nyawa..

Kamu sama sekali bukan pahlawan kekal dunia khayal,
Berkekuatan daya yang tidak masuk akal..
Kamu bukan priyayi,
apalagi Nabi..
Kamu memang tidak mendekati semua yang kusebut tadi..
Karena bagi dunia kecilku kamu telah sangat mencukupi..

Kamu hanyalah seorang suami,
Dengan ragam kasih sayang membumi..
Namun berorientasi visi surgawi..

Kamu adalah seorang suami,
yang setiap kali istri mencium tanganmu..
Kamu selalu balas mencium tanganku, dengan sama takdzimnya..
Kala kutanya,"Kenapa?"
Kamu menatap tanganku sejenak, lalu menjawab,
"Tangan ini begitu mulia..Ia telah melakukan banyak kebaikan untuk hidupku dan anakku.."
Jadi tentunya wajar bila aku hormat..
Karena kamu pun demi menghargai istri begitu punya adab..

Kamu seorang suami,
yang sanggup membuatku berdebar di tahun ke berapapun pernikahan kita..
Lewat satu genggaman biasa..
Murni karena ikhtiarmu untuk selalu menjaga..

Kamu seorang suami..,
Yang mendampingiku tanpa letih..
Saat aku melahirkan satu kesempurnaan pencarian makna hidup bernama buah hati..
Tanpa lupa kamu menangis ketika berterima kasih..
Dan mendoakan surga jadi balasan perjuanganku di kemudian hari..

Kamu hanyalah seorang suami..,
Yang berusaha lebih cepat menyelesaikan kewajiban di tempatmu bekerja..
Demi segera merawatku jika aku tengah sakit dan lemah..

 Kamu seorang suami..
Yang dulu saat aku bertanya,
"Kenapa ingin menikahiku?"
Kamu lantas memantapkan hatiku segera..
Dengan sebaris kalimat bermakna,
"Karena aku tidak mau menjalani hidup yang tidak membiarkanku untuk bisa melihatmu seumur hidupku.."

Kamu membuatku menikmati tawa..
Hingga keluarga kita terasa bernyawa..

Kekaguman selalu melingkupiku melihatmu menjalani apa yang kamu percaya..
Bahwa membuat istri bahagia..
Bisa dilakukan sejak mula..
Dengan apa adanya kita..
Bahagia tidak perlu menunggu satu momen kesuksesan tahta seorang pria..

Kamu memang hanyalah seorang suami..,
Yang selalu kudoakan tanpa henti..
Semoga hidupmu selalu dinaungi karunia Illahi..
Sampai kita menua dan berbagi napas yang terakhir kali..
Untuk Ia pertemukan lagi..
Ia jadikan kamu wildan-ku di negri akhirat-Nya nanti..


*Just a tiny little gift, a very simple ritual of love, for my husband's recent birthday..
this year, this very January..

Share:

1 Comments