Berani Lebih Meyakini Mimpi
![]() |
picture taken from Google |
"A person often meets destiny, on the road he took to avoid it."
"Seseorang seringkali menemui takdirnya, di jalan yang justru ia hindari."
- Jane de La Fontaine -
Saya selalu membayangkan akan menikah setelah lulus kuliah dan bekerja.
Namun keberhasilan calon suami merampungkan pendidikan lebih awal untuk penempatan kerja sekitar enam tahun lalu, menjadi intervensi Illahi agar kami menggenapkan setengah agama lebih awal dari waktu yang telah disepakati keluarga.
Status saya sebagai mahasiswa tingkat akhir yang tinggal merampungkan skripsi, tidak membuat orang tua saya ragu untuk menerima lamaran calon suami.
Mereka bahkan optimis bahwa pernikahan pasti mendatangkan kesempatan baik untuk saling mendukung impian.
Doa ibu dan ayah bertuah berkah.
Di tahun kedua pernikahan, saya menghadiri wisuda bersama suami dan orang tua.
Satu amanah selesai, wacana mimpi lain pun dimulai.
Mengarahkan pada satu pertanyaan penting,
"Apa yang ingin saya lakukan selanjutnya?"
Dan ketika Allah hadirkan dua orang bayi sebagai jawaban istikharah melalui mimpi, saya pun sepakat dengan Allah yang tidak mungkin salah.
Saya inginkan buah hati.
Saya percaya, setelah menikah apalagi setelah menjadi ibu, tetap akan ada banyak cara bagi perempuan untuk menyiasati mimpi.
Suami saya mengingatkan betapa dia sepenuhnya yakin pada impian saya di bidang kepenulisan dan usaha kuliner.
"Punya anak itu rejeki besar, Beib. Kalau suatu hari Allah wujudkan impian kita untuk memiliki anak, Allah pasti juga sangat bisa mewujudkan impian-impian lain seorang ibu dengan sama mudahnya."
Suami benar.
Allah tidak mungkin kehabisan cara untuk terbitkan jalan.
Allah justru Maha Mempersiapkan hikmah tersembunyi setelah menghadirkan seorang putra di tahun ke-3 pernikahan kami.
Berbekal tabungan yang sudah saya kumpulkan sejak sebelum menikah, saya memulai usaha kuliner dengan sistem franchise di food court sebuah mall dekat rumah.
Saya bersyukur, dipertemukan dengan pribadi-pribadi yang begitu bersahaja saat memulai usaha.
Produk kuliner saya langsung diterima.
Suami, keluarga, dan teman-teman, merespon bisnis ini dengan berbagai apresiasi juga testimoni terbaik.
Satu per satu sahabat, saudara, bahkan guru sengaja menyempatkan untuk datang dan menikmati hidangan di tempat usaha saya .
Bersama para staf, saya mengelola usaha sendiri sambil mengurus buah hati.
Kerja keras Alhamdulillah berbuah makna.
Ketika usaha ini bahkan belum genap berjalan enam bulan, pihak franchisor menginfokan bahwa cabang kami merupakan salah satu franchisee dengan pelayanan terbaik.
Tidak terasa, sudah dua tahun lebih bisnis kuliner ini saya geluti.
Sejak tahun lalu, saya juga mulai mengurus usaha kuliner ibu saya di food court yang sama.
Banyak pengalaman berharga yang saya sesap.
Lewat usaha ini, saya tidak hanya #beranilebih meyakini mimpi, tapi saya juga belajar berani untuk tidak mengutamakan kepentingan diri sendiri.
Ternyata, sensasi bahagia menjalankan usaha bukan terletak pada untung atau rugi.
Kebahagiaan seorang entrepreneur adalah ketika melihat karyawan menerima gaji.
Memberi kesempatan pada staf untuk bisa berbuat lebih.
Jangan ditanya bagaimana harunya saya saat melihat karyawan akhirnya bisa memiliki sesuatu yang sudah lama ia inginkan.
Luar biasa tidak terjelaskan.
Karena doa saya memang sederhana.
Semoga usaha ini tidak hanya langgeng, melainkan juga semoga bagi banyak pihak, usaha ini bisa membawa berkah bahagia.
Jumlah Kata : 488 kata
FB : Temmy Arthapuri
Twitter : @temmyarthapuri
Twitter : @temmyarthapuri
Tags:
Life Journal
Tulisan Temmy
2 Comments